Hijrah Nabi Muhammad saw. Ke Madinah
Kota
Mekkah, tempat kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah sebuah lembah yang tandus.
Kondisi alam (geografis) negeri ini berpengaruh besar dalam membentuk sikap dan
watak masyarakatnya. Pada umumnya penduduk Mekkah berwatak buruk dan tidak
mampu berpikir secara jernih. Sementara itu, Madinah merupakan wilayah
pertanian subur yang menghasilkan hasil-hasil pertanian melimpah. Suhu udaranya
tidak sepanas di Mekkah. Sebaliknya, masyarakat Madinah berhati lembut, penuh pertimbangan
dan cerdas. Jadi, dakwah Islam lebih mudah diterima dalam masyarakat yang
seperti itu daripada masyarakat kota Mekkah.
Dalam
perjalanan sejarah manusia, hampir seluruh nabi yang diutus Tuhan tidak
berkembang di negerinya sendiri bahkan masyarakatnya sendiri tidak
menghormatinya. Demikian halnya dengan perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad
saw. Di Kota Mekkah, masyarakatnya mencaci maki dan memusuhinya, sebaliknya
masyarakat Madinah sangat menanti dan menunggu kedatangan Nabi Muhammad saw.
Para
pemuka dan kalangan bangsawan Quraisy Mekkah merupakan penentang Islam yang
paling gigih. Menurut mereka kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi
sosial politik mereka. Karena itu, para pembesar Quraisy secara terang-terangan
menentang Islam sejak pertama kali agama itu didakwahkan Nabi Muhammad saw.
Sementara itu, di Madinah tidak terdapat sistem kepemimpinan bangsawan. Maka
dalam lingkungan sosial seperti itu penyebaran Islam lebih sukses dibandingkan
di Kota Mekkah. Dari kenyataan seperti itu, Nabi Muhammad saw. memiliki kota
Madinah sebagai tempat tujuan hijrah.Alasan lain Nabi Muhammad saw. dan umat
Islam hijrah ke Madinah karena tekanan dan gangguan bahkan ancaman masyarakat
Quraisy terhadap dirinya dan umat Islam semakin menjadi. Beliau memerintahkan
para sahabatnya terlebih dahulu untuk pergi ke Madinah. Ketika kaum musyrikin
Mekkah mendengar rencana tersebut, mereka sangat marah dan berusaha
merencanakan pembunuhan terhadap Nabi. Berita ancaman itu segera didengar Nabi,
lalu ia bersama Abu Bakar dan Ali menunggu perintah Allah. Ketika suasana
semakin kritis, turunlah perintah Allah yang memerintahkan Nabi-Nya hijrah ke
Madinah.
Atas
berbagai pertimbangan di atas, Nabi Muhammad saw. menempuh jalan hijrah sebagai
alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam. Diceritakan bahwa pada
suatu petang menjelang hijrah, Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar tidur di
lantai, sementara Ali menempati tempat tidur Nabi Muhammad saw. Kemudian pada
tengah malam Nabi bersama Abu Bakar berangkat meninggalkan Mekkah tanpa
sepengetahuan masyarakat Quraisy. Ketika mereka mengepung rumah Nabi dengan
tujuan untuk membunuhnya, mereka sangat kecewa karena hanya menemukan Ali yang
sedang tidur di ranjang Nabi. Mereka kemudian mengejar Nabi, tapi tidak ketemu
karena Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur. Setelah situasi aman, Nabi
dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di kota Madinah dengan
selamat pada hari Jumat tanggal 16 Rabbiul Awal bertepatan dengan tanggal 8
Juni tahun 622 M. Selang tiga hari kemudian, Ali menyusul mereka.
Kehadiran
Nabi Muhammad saw. dan umat Islam di kota Madinah menandai jaman baru bagi
perjalanan dakwah Islam. Umat Islam di kota Madinah tidak lagi mendapat
gangguan dari masyarakat kafir Quraisy, karena mereka mendapat perlindungan
dari penduduk Madinah yang muslim.
Kota
Mekkah, tempat kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah sebuah lembah yang tandus.
Kondisi alam (geografis) negeri ini berpengaruh besar dalam membentuk sikap dan
watak masyarakatnya. Pada umumnya penduduk Mekkah berwatak buruk dan tidak
mampu berpikir secara jernih. Sementara itu, Madinah merupakan wilayah
pertanian subur yang menghasilkan hasil-hasil pertanian melimpah. Suhu udaranya
tidak sepanas di Mekkah. Sebaliknya, masyarakat Madinah berhati lembut, penuh
pertimbangan dan cerdas. Jadi, dakwah Islam lebih mudah diterima dalam
masyarakat yang seperti itu daripada masyarakat kota Mekkah.
Dalam
perjalanan sejarah manusia, hampir seluruh nabi yang diutus Tuhan tidak
berkembang di negerinya sendiri bahkan masyarakatnya sendiri tidak
menghormatinya. Demikian halnya dengan perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad
saw. Di Kota Mekkah, masyarakatnya mencaci maki dan memusuhinya, sebaliknya
masyarakat Madinah sangat menanti dan menunggu kedatangan Nabi Muhammad saw.
Para
pemuka dan kalangan bangsawan Quraisy Mekkah merupakan penentang Islam yang
paling gigih. Menurut mereka kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi
sosial politik mereka. Karena itu, para pembesar Quraisy secara terang-terangan
menentang Islam sejak pertama kali agama itu didakwahkan Nabi Muhammad saw.
Sementara itu, di Madinah tidak terdapat sistem kepemimpinan bangsawan. Maka
dalam lingkungan sosial seperti itu penyebaran Islam lebih sukses dibandingkan
di Kota Mekkah. Dari kenyataan seperti itu, Nabi Muhammad saw. memiliki kota
Madinah sebagai tempat tujuan hijrah.
Alasan lain Nabi
Muhammad saw. dan umat Islam hijrah ke Madinah karena tekanan dan gangguan
bahkan ancaman masyarakat Quraisy terhadap dirinya dan umat Islam semakin
menjadi. Beliau memerintahkan para sahabatnya terlebih dahulu untuk pergi ke
Madinah. Ketika kaum musyrikin Mekkah mendengar rencana tersebut, mereka sangat
marah dan berusaha merencanakan pembunuhan terhadap Nabi. Berita ancaman itu
segera didengar Nabi, lalu ia bersama Abu Bakar dan Ali menunggu perintah
Allah. Ketika suasana semakin kritis, turunlah perintah Allah yang
memerintahkan Nabi-Nya hijrah ke Madinah.
Atas
berbagai pertimbangan di atas, Nabi Muhammad saw. menempuh jalan hijrah sebagai
alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam. Diceritakan bahwa pada
suatu petang menjelang hijrah, Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar tidur di
lantai, sementara Ali menempati tempat tidur Nabi Muhammad saw. Kemudian pada
tengah malam Nabi bersama Abu Bakar berangkat meninggalkan Mekkah tanpa
sepengetahuan masyarakat Quraisy. Ketika mereka mengepung rumah Nabi dengan
tujuan untuk membunuhnya, mereka sangat kecewa karena hanya menemukan Ali yang
sedang tidur di ranjang Nabi. Mereka kemudian mengejar Nabi, tapi tidak ketemu
karena Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur. Setelah situasi aman, Nabi
dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di kota Madinah dengan
selamat pada hari Jumat tanggal 16 Rabbiul Awal bertepatan dengan tanggal 8
Juni tahun 622 M. Selang tiga hari kemudian, Ali menyusul mereka.
Kehadiran
Nabi Muhammad saw. dan umat Islam di kota Madinah menandai jaman baru bagi
perjalanan dakwah Islam. Umat Islam di kota Madinah tidak lagi mendapat
gangguan dari masyarakat kafir Quraisy, karena mereka mendapat perlindungan
dari penduduk Madinah yang muslim.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar