JEMBATAN SHIRATAL MUSTAQIM DALAM ALQUR’AN
Oleh : Dr Abdullah Yasin
عن النواس بن سمعان عن رسول الله صلى الله
عليه وسلَّم قال ضَرَبَ اللهُ تعلى مَثَلاً صِرَاطاً مُسْتَقِيْمًا ، وَعَلَى جَنْبَتِي
الصِّرَاطِ سُوْرَانِ ، فِيْهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ ، وَعَلَى الأبْوَابِ سُتُوْرٌ
مُرْخَاةٌ ، وَعَلَى بَابِ الصِّرَطِ دَاعٍ يَقُوْلُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ! ادْخُلُوا
الصِّرَاطَ جَمِيْعًا وَلاَ تَتَعوَّجُوا ، وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ
، فَإِذَا أَرَادَالإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الأبْوابِ قَالَ:
وَحْيَك لاَ تَفْتَحْهُ ، فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ ، فَالصِّرَاطُ الإسْلاَمَ
، وَاسُّوْرَانِ حَدُوْدُ اللهِ تَعَلَى ، والأبْوابُ المفتَّحَةُ محارِمُ الله تعَالى
، وذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللهِ ، وَالدَّاعِي مِنْ فَوْق
وَاعِظُ اللهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ
Terjemahan:
Daripada Nawwas Bin Sam’aan daripada
Rasulullah (sallallahualaihi wasalam) sabdanya: “Allah membuat perumpamaan
tentang Shiratal Mustaqim bahwa pada dua sisinya (kiri dan kanan) ada dua pagar,
dan pada kedua-dua pagar tersebut terdapat banyak pintu yang sedang terbuka,
dan pada tiap-tiap pintu itu pula ada tabir yang menutupinya, dan di atas pintu
masuk ke jalan yang lurus itu ada penyeru yang memanggil: Hai sekalian manusia,
masuklah kamu semua ke dalam “Jalan Yang Lurus” ini dan janganlah menyimpang
(melencong)!, dan ada pula penyeru yang berada daripada atas jalan itu yang
jika manusia ingin membuka sedikit tabir penutup pintu itu, lalu ia berkata:
Celaka engkau, janganlah engkau buka tabir itu! Sebab jika engkau membukanya
niscaya engkau akan terjerumus ke dalamnya. Jalan yang lurus itu adalah Islam
dan dua pagar itu ialah batasan-batasan Allah (Hududullah), pintu-pintu yang
terbuka itu larangan-larangan Allah dan penyeru yang memanggil dari pintu masuk
ke jalan itu ialah Kitabullah (Al-Quran), dan penyeru yang berada di atas jalan
itu pula ialah peringatan daripada Allah yang terdapat pada hati setiap
muslim”.
[Hadis Hasan Sahih Riwayat Imam Ahmad]
Mukaddimah:
Shiratal
Mustaqim adalah titian atau jembatan yang mesti dilalui oleh setiap insan di
alam akhirat nanti. Titian inilah yangmenghubungi antara Mauqif (Padang
Mahsyar) dengan Jannah (Syurga) dan di bawah titian terdapat Naar (Neraka).
Keadaan orang yang meniti di atasnya dan kecepatannya tidak sama, ada yang
seperti kerdipan mata, ada yang seperti kilat, ada yang seperti angin dan
sebagainya. Dan ada pula yang terjatuh di tengah jalan dan langsung masuk
neraka.
Keadaan manusia
di atas Shiratal Mustaqim di alam sana akan sama betul dengan keadaan manusia
ketika mereka berada di atas Shiratul Mustaqim di dunia ini. Kalau ketika di
dunia ini perjalanan mereka tetap di atas jalan yang lurus dan tidak melencong
ke kiri dan ke kanan, maka di akhirat nanti nasib mereka juga akan demikian,
berjalan tegap di atasnya dan akhirnya sampai dengan selamat ke syurga yang
dituju. Tetapi jika sebaliknya, maka mereka pasti akan tergelincir dan
seterusnya masuk ke dalam neraka, Wal ‘Iyadzu Billah.
Dan untuk
memudahkan kita memahami makna sebenarnya Shiratal Mustaqim itu, maka
Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) telah membuat suatu perumpamaan atau
tamsilan yang cukup cantik dan bagus sekali untuk kita jadikan sebagai bahan
renungan kita semua. Semoga dengan mengambil i’tibar ataupun pengajaran
daripadanya kita akan termasuk didalam golongan yang berjaya melintasi Shiratal
Mustaqim di akhirat nanti, amin ya Rabbal ‘Aalamin.
Ringkasan tamsilan di atas ialah:
Shiratal
Mustaqim ialah jalan lurus yang di kiri kanannya ada pagar, pada pagar terdapat
banyak pintu yang terbuka, pintu-pintu tersebut hanya ditutup dengan tabir
tipis, dan pada pangkal jalan yang lurus itu terdapat penyeru, dan di atas
jalan juga ada penyeru. Jalan yang lurus itu adalah Islam, dan dua pagar adalah
batasan-batasan ALLAH dan pintu-pintu yang terbuka itu adalah perkra-perkara
yang diharamkan oleh ALLAH, dan penyeru di pangkal jalan adalah Al-Quran, dan
penyeru di atas jalan pula adalah peringatan ALLAH yang ada pada setiap hati
orang Islam.
Di Kiri Dan Kanannya Ada Pagar:
Berdasarkan
hadis di atas Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) menjelaskan bahwa dua
pagar yang dimaksudkan pada kiri dan kanan jalan yang lurus itu ialah
batasan-batasan Allah (Hududdallah). Umat Islam wajib menjaga batasan-batasan
Allah dan mereka dilarang melampaui batasan-batasantersebut. Dan ini berbeda
dengan orang kafir. Bagi mereka tidakada pantang larang, bagi mereka sama saja
antara halal dan haram. Itulah sebabnya maka Rasulullah (sallallahu alaihi
wasalam) bersabda:
“Dunia adalah penjara bagi orang-orang
yang beriman dan syurga bagi orang-orang yang kafir”
[HR Muslim]
Pada Pagar
Terdapat Banyak Pintu Yang Terbuka Yang Hanya Ditutup Dengan Tabir Tipis
Nabi (sallallahu
alaihi wasalam) menjelaskan dalam hadis bahwa pintu-pintu yang terbuka itu
adalah perkara-perkara yang diharamkan Allah. Nabi (sallallahu alaihi wasalam)
tidak mengatakan bahwa pintu itu tertutup. Ini menggambarkan betapa mudahnya
manusia terjerumus ke dalam kancah maksiat. Kesempatan untuk melakukannya
terbuka luas bagi orang yang mengingininya. Pintu itu juga digambarkan hanya
ditutup dengan tabir yang tipis. Ini seolah-olah ingin menyatakan bahwa manusia
tidak perlu bersusah-payah untuk membolehkan mereka terlibat dengan dosa dan
maksiat. Kecuali orang yang mendapat perlindungan Allah SWT.
Penyeru Pada
Pangkal Jalan Yang Lurus Itu Adalah Kitabullah.
Berdasarkan
hadis di atas bahwa yang dimaksudkan dengan penyeru itu ialah Kitabullah, dia
menyeru: Hai sekalian manusia,masuklah kamu semua ke dalam Jalan Yang Lurus,
dan janganlah kamu melencong (menyeleweng).
Tujuan Al-Quran
diturunkan oleh Allah SWT adalah sebagai pedoman bagi umat manusia, khususnya
bagi orang-orang yangbertaqwa. Al-Quran menyeru kita agar menTauhidkan Allah
dan mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam).
Jika kita turuti kehendak seruan tersebut, berarti kita telah berada dalam
Islam yang sebenarnya dan itulah JalanYang Lurus.
Allah SWT
berfirman: “Inilah JalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan jangan kamu ikuti
jalan-jalan (yang lain), karena (jalan-jalan itu) mencerai-beraikan kamu
daripada jalanNya”. (Al-An’aam :153)
Penyeru Atas
Jalan Itu Adalah Peringatan Allah Yang Ada Dalam Hati Setiap Muslim.
Gerak-geri dan
tingkah laku manusia sangat berkaitan rapat dengan hatinya. Akhlak adalah
cermin hati. Jika hatinya baik maka biasanya akan baik pula akhlaknya. Demikian
jugalah sebaliknya. Jadi dalam hati kecil setiap muslim yang berimansenantiasa
ada perasaan bencikan maksiat atau dosa.
Oleh sebab itu
setiap manusia yang ingin menyingkap tabir pintu maksiat dalam kehidupannya
sehari-hari, niscaya hati nurani yang beriman kepada Allah akan segera berseru:
Celaka engkau! Jangan engkau buka tabir itu, sebab jika engkau buka juga nanti
engkau akan terjerumus ke dalamnya.
Mungkin inilah
sebabnya mengapa “Zikrul Qalb” iaitu zikir hati adalah lebih afdhal daripada
“Zikrul Lisan” iaitu zikir lidah. Hati yang senantiasa ingat akan hukum-hakam
Allah, dan hati yang senantiasa yakin bahwa Allahmelihat apa saja yang dia
lakukan, akan dapat menasehati dan memberi peringatan kepada anggotanya yang
akan melakukan maksiat. Ini berbeda kalau zikirnya hanya terbatas pada zikir
lisan saja tanpa diikuti oleh zikir hati.
Kesimpulan:
1.
Setiap
muslim/muslimat memohon kepada Allah minima 17 kali dalam sehari agar mereka
ditunjukkan ke Jalan Yang Lurus, “Ihdinash Shirathal Mustaqiim”. Ini menandakan
bahwa Jalan Yang Lurus itu adalah sesuatu yang paling mustahak bagi umat
manusia.
2.
Para
Mufassiriin (Pakar Tafsir) berbeda pendapat tentang makna Shirathal Mustaqiim.
Ada yang menafsirkannya dengan Islam, Al-Quran, Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.
Kesemua tafsiran itu adalah benar karena saling melengkapi.
3.
Rasulullah
(sallallahu alaihi wasalam) menggambarkan dalam hadis di atas bahwa Jalan Yang
Lurus itu adalah ISLAM. Dua pagar di kiri dan kanannya adalah batasan-batasan
Allah. Pintu-pintu yang terbuka pada pagar adalah perkara yang diharamkan oleh
Allah. Yang memanggil di permukaan jalan adalah Al-Quran, sedangkan yang
memanggil dari atas jalan pula adalah suara hati muslim yang beriman kepada
Allah.
4.
Jadi
Shirathal Mustaqiim yang ada di atas muka bumi bukanlah titian atau jembatan
yang terbentang, tetapi ia adalah ISLAM yang kandungan utamanya ialah himpunan
suruhan dan larangan Allah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah
Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam).
5.
Keadaan
manusia ketika melalui Shirathal Mustaqiim di akhirat nanti adalah sama betul
dengan keadaan mereka ketikameniti Shirathal Mustaqim di dunia ini. Semakin
kuat dan kokoh pegangan mereka dengan Islam, maka akan semakin lancarlah
perjalanan mereka di sana nanti. Al-Jazaa Min Jinsil ‘Amal (Balasan sesuai
dengan jenis amal).
0 komentar:
Posting Komentar